Sistem
informasi kecerdasan buatan (Artifical Intellegance) sangat banyak
dibutuhkan dalam berbagai bidang ilmu. Teknologi softcomputing merupakan
adalah sebuah bidang kajian penelitian interdisipliner dalam ilmu komputasi dan
kecerdasan buatan. Sebagai contohnya dimana beberapa teknik dalam softcomputing
diantaranya sistem pakar (expert system), jaringan saraf
tiruan (neural Networks), logika fuzzy (fuzzy logic), dan algoritma
genetik (genetic algorithms) mulai banyak diterapkan dalam
aplikasi-aplikasi yang sangat membantu manusia dalam menjalan kan tugas dan
mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Salah satu sub bidang yang menggunakan sistem kecerdasan buatan untuk mengatasi dan menganalisis permasalah yang ada adalah bidang kedokteran. Pengembangan aplikasi kecerdasan buatan pada bidang kedokteran sangat membantu sekali beberapa user yang terlibat dalam kedokteran.
VISI DAN MISI
Visi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Mejadi fakultas yang berstandar internasional yang inovatif dan unggul
serta senantiasa mengabdi pada kepentingan bangsa dan kemanusiaan.
Misi Fakultas Kedoteran Universitas Gajah Mada
Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian dan pelayanan yang unggul, berlandaskan kearifan lokal, etika, profesionalisme dan keilmuan berbasis bukti.
Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian dan pelayanan yang unggul, berlandaskan kearifan lokal, etika, profesionalisme dan keilmuan berbasis bukti.
TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN
Teknologi yang digunakan adalah Google Maps dan Android . Google Maps digunakan untuk mendeteksi dimana lokasi yang rawan dengan penyakit apa. Dan dengan Google Maps dapat menunjukan potensi penyakit disekitar pengguna, bahkan meliputi jarak dari pengguna. Android dalam pembuatan Health Circle digunakan untuk mengaksesnya. Yaitu membuka aplikasi Health Circle dengan sebuah teknologi android.
"Health Circle" yaitu mengambil informasi dari media online
perihal penyakit menular yang terjadi di suatu kawasan,
memverifikasinya, memetakan, kemudian mengedarkannya kepada pengguna.
Adapun peta yang digunakan yaitu peta Google Map yang dapat diakses
menggunakan ponsel bersistem operasi Android.
Hasil akhirnya,
pengguna bisa melihat peta pada Google Map dengan tanda-tanda yang
menunjukkan lokasi mana yang rawan dengan penyakit apa. Misalnya ketika
ada pemberitaan mengenai wabah penyakit hepatitis di daerah tertentu di
Sleman, dalam peta "Health Circle" daerah tersebut akan diberi tanda dan
informasi penyakit apa yang menjangkit di sana. Selain itu, ada
pula halaman yang menunjukkan potensi penyakit di sekitar pengguna.
Halaman ini berisi, misalnya "Hepatitis. Jarak: 5 km", atau "Malaria.
Jarak: 10 km".
"Health Circle" membentengi pengguna, memberi
informasi tempat berpotensi penyakit, dan memperingatkan jika pengguna
memasukinya. "Mirip konsep antivirus pada komputer, kami terapkan untuk
manusia," kata Oscar kepada wartawan di Fortakgama Gedung Kantor Pusat
UGM. Selain itu, aplikasi
ini juga dilengkapi jejaring sosial sederhana yang dapat digunakan untuk
saling bertukar informasi tentang penyakit yang sedang diderita
pengguna.
Menurut Oscar, akurasi informasi yang diberikan "Health
Circle" mencapai 80 persen. Angka tersebut diperoleh karena informasi
yang masuk masih diverifikasi oleh tenaga kesehatan bidang epidemik.
Untuk keperluan tersebut mereka menggandeng mahasiswa Fakultas
Kedokteran UGM untuk melakukan verifikasi.
Oscar menambahkan,
metode serupa juga akan diterapkan pada bidang kebencanaan dan berbagai
masalah sosial, dengan menggandeng ahli-ahli di bidang masing-masing.
Aplikasi ini telah masuk nominasi Indonesia ICT Awards, Agustus lalu.
SUMBER:https://www.ugm.ac.id/id/berita/8372-mahasiswa.kembangkan.aplikasi.petunjuk.lokasi.penyakit.menular
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.